.setelah menonton: La La Land.

Rame di media sosial dan di WhatsApp group, diimbuhi dengan kalimat, “Ini film Smita banget.. Smita pasti suka..“, gue pun tertarik nonton La La Land. Itu, dan karena gue rada pressured juga karena takut keburu dibahas di WA grup, dan takut keburu gak seru nonton sendiri kalo udah tau ceritanya.

Jadilah kemaren itu gue sama si Dals nonton film ini. Pembukaan film ini menunjukkan kalo ini film musikal. Gue sempet mikir kalo ini film nyanyi terus seperti Les Miserables, ternyata enggak, sih. Ada ngobrol-ngobrol biasanya juga.

Ceritanya tentang cowok ketemu cewek. Dua-duanya punya cita-cita masing-masing, dua-duanya berupaya keras mewujudkannya, sembari saling membuat pasangannya senang.

Ryan Gosling dan Emma Stone. Biasanya gue nggak terlalu suka Ryan Gosling, sementara selalu suka Emma Stone. Tapi, di film ini, menurut gue, mereka jauh lebih klik dibanding waktu Crazy, Stupid Love. Sehingga membuat keduanya lebih enak ditonton dan lebih mudah menaruh simpati.

.no.

After two days of tearfully, heartbroken, endless chat with a good friend, we finally came to a conclusion.

Sometimes we wish we had the chance to go back in time, so we could re-do things differently. However, even if we could do all that, the results would still be the same.

Because if it’s meant to be, it’s meant to be. If it’s not, it’s not.

It was so much like this some days ago:

So, no matter how hard it is, today, we shall pick up the pieces and move on.

.patah hati pertama kali.

Belakangan ini, salah satu hal yang mengusik pikiran gue adalah bagaimana nanti kalau anak-anak gue merasakan patah hati pertama kali. Jengjeng! 😦

Let's talk about heartbreaks 😦

It is one thing that we, as parents, cannot avoid. We cannot protect them from it, yet eventually it will happen anyway. And just thinking about it breaks my heart.

.maaf ya, anak pemaaf.

Kenapa anak bisa begitu pemaaf?

Saat kita moody dan nggak bisa tahan emosi. Saat kita lelah dan nggak bisa tahan marah.

Kenapa anak yang harus kena time out? Ketika sebenernya barangkali, sebaiknya, kita juga time out diri kita sendiri.

.jangan sepelekan demam.

Berhubung udah lama banget ngutang  banyak cerita di blog, ini ceritanya udah berlalu yah.. Jadi cuma buat dokumentasi doang.. 😛

Jadi… siang setelah Shangri-La getaway itu, gue udah mulai merasa nih kalo Sofia kayanya agak anget. Tapi, diminumin Paracetamol dan ditempelin Bye-bye Fever membaik sehingga gue tetep ngantor di hari Senin.

Sepanjang hari Senin juga mbak bilang baikbaik aja, maka ketika Senin malem agak anget lagi gue mulai perasaan gak enak. Sofia bisa tidur tapi agak ngakngek, dan Selasa jam setengah dua pagi gue ngerasa anak ini panasnya tinggi banget. Buruburu ambil termometer dan ketika udah sampe 39 koma masih belom bunyi juga, langsung gue dan Dals minumin Tempra dan cabut ke UGD saat itu juga.

.Ully.

Namanya Mukrullah. Sejauh yang gue tau, hampir semua orang memanggil dia; Ully.

Dia temen kompleks gue. Gue mengenal dia udah cukup lama, tapi dibandingin sama tementemen kompleks yang lain, yang kenal dia dari kecil dan tumbuh bersama, usia pertemanan gue sama Ully mungkin belum ada apaapanya.

Sebagai temen, Ully adalah tipe orang yang selalu membuat kita merasa nyaman. Dia cukup sensitif untuk tau saatsaat kalo temennya lagi merasa “sepi-di-tengah-keramaian”, dan dia nggak bakal keberatan nemenin dan ngobrol sampe kita merasa lebih baik. Nggak terhitung berapa kali Ully nemenin gue saat gue merasa gitu. Itu sebabnya, kalo lagi ada waktu sama temen kompleks, dia selalu jadi orang yang gue cari untuk sekedar bilang “hai” aja.

.random.

Hampir setengah sebelas malem. Semua udah tidur. Ngetikngetik sambil dengerin lagu, yang tentu saja kebanyakan lagulagu galau.

Mendadak kepikiran bahwa beberapa belas tahun ke depan mungkin Sabia dan Sofia bakalan merasakan patah hati juga. Mungkin juga gak hanya sekali.

.”every time we say goodbye (I die a little)”.

Pembicaraan setiap malam sebelum tidur belakangan ini,

“Nite-nite, Babem. Babem jangan ilang kalo Sabia lagi tidul. Babem gak usah kelja.”

.#Day24: (not a) Barbie Snob.

Topik ini diminta oleh Mbak Miund, diduga karena seperti biasanya, dia kalo punya aib serupa gak mau kebongkar sendirian. Makanya spesifik minta gw cerita ini. Sebelumnya, aku minta sorisori stroberi dulu kalo tulisan ini mungkin berbau pamer. Sebenernya gak bermaksud gitu loh. Tapi, ya gak apaapa juga kali ya, secara sekarang barangnya udah gak ada semua, maka kita anggap saja mengenang masa lalu 🙂

Jadi begini, waktu gw kecil, seperti anak perempuan pada umumnya, gw suka banget main ibuibuan dan bajubajuan. Bajubajuan itu kaya paper doll gitu loh. Tapi lebih merakyat, kaya gini nih:

.the morning after…..

….. an overused bed-time argument with my baby daughter,

ALWAYS makes me feel like I’m the lousiest mom in the world.

(Come to think of it, maybe I am)

😦