.pissed.

Jadi ibu itu adalah pekerjaan yang gak selalu mudah.

Jadi ibu di era Internet adalah hal yang lebih kompleks lagi. Bukan hanya karena tantangannya dalam membesarkan anak jadi lebih banyak, tapi juga karena……… persaingan antar ibuibu yang kayanya diadaadain dan #rauwisuwis. Segala macem dijadiin perbandingan, dari masalah lahiran cesar vs normal, ASIX vs sufor, Ibu Rumah Tangga vs Ibu Bekerja, dan masih ada 1001 hal lain yang sebenernya gak penting tapi selalu ada kubukubunya.

Menurut gw, jadi ibu itu gak perlu didramatisir karena emang udah banyak dramanya. Apalagi kalo emang dasarnya udah Drama Queen kaya gw. Jadi, alihalih nanggepin yang gak perluperlu, sejak pertama kali punya anak, gw memilih untuk mendengarkan masukan dari temanteman (baca: ibuibu) yang realistis dan membuat gw merasa nyaman (dalam artian gak terlalu dihakimi walau pertanyaan gw setolol apapun).

.hmpft.

One of those days when there are too many things in your head, too many things left unsaid,   swallowed shallow drama and another yadda yadda.

I’m keeping my mouth shut and behaving my thumb/fingers as well so I won’t say or type stupid sentences that could hurt anyone.

Because, yesterday, I told the world that I can not tolerate ignorance and stupidity. So I don’t see why the world should tolerate mine.

Hmpft.

.evil me.

Sometimes I wanna be that kind of person who has the heart to say “sekarang gemuk banget?” to a certain bitch who used to say the exact same words to me a while ago. Now that the wheel has turned, it is pretty obvious (to the whole office) that she has gained more weight than my weight loss. And some ppl told me, I’ve lost quite a lot. That’s ha-bloody-ha to you, Missus!

Tapi sepertinya bapak ibu gw mendidik gw dengan baik, sehingga meskipun seringkali ketemu momenmomen berdua doang sama tuh orang dan katakata itu udah siap dilontarkan (atas nama pembalasan), gw masih selalu berhasil menahan dan menutup mulut. Biar orang lain punya mulut gak makan sekolahan, kita jangan mau jadi cuma selevel mereka doang.

.ngomelngomel.

Maap saya lagi judes.

Jadi gini ya, satu hal yang gw nggak ngerti adalah kenapa orangorang yang punya banyak teori mengenai pernikahan dan/atau ngurus anak itu kebanyakan adalah orangorang yang … belom pernah ngalamin salah satu atau bahkan keduanya.

*smirk*

Well, here’s my two cents. You shouldn’t talk so much about things that you have not experienced yet. Because, sometimes, real life could just be surreal, illogical and wouldn’t fit to all your theories.

Especially when in fact your “theory” is actually just a PERCEPTION of your ideal life.

So, jump into the boat first before you could talk and/or judge.

Until then, stop being a smart-ass.

That. Is. All.

.perihal menyeberang.

Bukan, ini bukan tulisan klasik ala gw di mana hobi membahas cowok-kalo-nyebrang-bareng-cewek-semestinya-digandeng, yaddayadda.. Tapi gw mau bahas tentang nyeberang beneran.

Belakangan ini gw merasa terganggu banget sama mobilmobil dan motormotor yang entah kenapa gak mau banget kehilangan maksimal TIGA detik untuk mengijinkan orang nyeberang. Bahkan meskipun orang yang mau nyeberang ini (baca: gue) udah dari jauhjauh ngasih tanda minta tolong dikasih jalan, tetep aja mereka jalaaan terus dan pas di depan muka gw kasih lampu dim atau malahan ngepot dikit biar mereka bisa ngindarin gw dan jalan terus. Intinya gak ngasih jalan ajah.

Gw percaya ada berbagai macam alasan di balik tindakan seseorang. Karena itu kadangkadang gw mencoba berpikir positif bahwa tu orang kebelet ke toilet atau semacamnya. Tapi pasti ada aja di antara orangorang itu yang nggak ngasih orang nyeberang karena….. ya karena gak mau ngasih aja.

Dan itu yang bikin gw emosi.

Lebih emosi lagi karena gw dalam posisi gak boleh makimaki.

.”kalo umur sekian kita masih sendiri…..”

Gw pertama kali mendengar kalimat ini, kalo gak salah, di film My Best Friend’s Wedding:

“swear, if we’re 28, if we’ve never married, we’ll marry each other”.

Katakata itu cukup lucu dan akhirnya sempat banyak orang menggunakan kalimat itu sama sahabat lawan jenisnya, pada masamasa labil, meskipun angka ’28’ bisa berubah jadi bervariasi.

Selama ini gw melihat kalimat itu lebih sebagai kalimat luculucuan. Dan ketika semakin banyak orang yang menggunakannya, gw juga gak pernah berpikir lebih jauh lagi tentang itu.

Tapi hari ini dari cerita seorang temanku yang manis dia memberi gw pandangan baru.

.tentang upaya tidak bermulut kotor (lagi).

Pernah gw bilang di postingan yang entah kapan, kalo lagi dilarang sebel sama orang gini, tibatiba gw serasa dikepung situasi dan orangorang yang bikin kesel. Kalo duludulu, sebagai seorang bermulut sampah yang rajin sumpah serapah, widiihh bisa berbagai macam kosa kata ajaib gw keluarkan sampe puas (walopun cuma buat konsumsi pribadi). Kalo sekarang, terpaksa diem aja dan maksaaaa banget untuk mikirin hal lain supaya gak ngebatin.

Dan asal tau saja yah, puasa ngomong gak sopan selama sembilan bulan itu adalah salah satu hal paling berat yang harus gw jalanin. Ya, kalimat ini datang dari seseorang yang (dulunya) mengucapkan kata anjing untuk pengganti katakata yang menunjukkan ekspresi…

Contoh: “Anjing keren banget!” “Anjing! Macet banget!” “Anjing! Gak lucu abis lo!”

.too much local TV.

Waktu itu gw lagi nemenin si Dals ke dokter, tapi dokternya lama banget sampe gw keringet dingin kelaperan. Maka pergilah aku ke kantin RS-nya dan membeli cemilan, sementara Dals ngantre.

Di situ ada dua orang ibuibu yang bisikbisik sambil liatin gw. Terus salah satunya bertanya,

“Mau periksa apa, dek?”

“Oh, enggak.. saya lagi nunggu suami saya.”

“Oh, suaminya yang periksa?”

“Iya.”

“Ooooo.. pantesan hamil, udah ada suaminya..”

Speechless gw.

Tolong ya, buat ibuibu norak kaya gitu, harap dipahami bahwa apa yang selama ini kalian tonton di sinetron dan infotainment lokal tidak selalu terjadi di dunia nyata, sebab di dunia nyata ini, ada loh orangorang yang nikah dulu baru hamil.

Plis deh.

.word!.

Know when to stop. Quit when you’re winning. Otherwise, you’ll just lose the sympathy.

.1209.

Selama ini gembargembor tentang betapa gw cinta sama bulan Desember, siapa nyana bahwa Desember 2009 ini menguji gw abisabisan apakah perasaan itu unconditional apa enggak. Kenapa gw bilang gitu? Karena bulan ini BANYAK BANGET yang bikin gilak.

Banyak banget orang gilak yang bikin mau marah. Banyak banget kerjaan syaiton yang bikin pengen tobat. Banyak banget godaan juga untuk pengen iniitu sementara harus menahan diri untuk berbagai macam alasan.

Kalo kata The Cardigans, I hold a record for being patient.

(Gak serekor itu juga siiih, karena tentu saja gw gak bisa menahan diri untuk gak memakimaki dalam hati dan mengutukngutuk, yang kadangkadang, sepenuh hati berharap supaya beneran kejadian. Heuehehe.. 😛 )

Dengan demikian, berhubung gw udah sangaaaaat baik, sangatttt pengertian dan sangaaaaat toleran (even I amazed myself), maka gw ijinkan kalian membaca surat gw untuk Santa Claus minta kado natal taun ini:

Dear Santa,

This Christmas, please send me some voodoo dolls.

Thank you.