….. learn a new skill.


BERFAEDAH BANGET YAAAA, KEGIATANKUUU.. 😂😂
….. learn a new skill.
BERFAEDAH BANGET YAAAA, KEGIATANKUUU.. 😂😂
Sejak puasa socmed (what is Puasa Socmed? That’s gonna be another post, though 😛 ), gue jadi punya lebih banyak waktu untuk ngapa-ngapain. Termasuk nonton acara-acara TV. Terutama reality shows yang seringkali scripted tapi karena aku cetek dan tacky, maka yaaa.. aku suka juga. 😀
Marriage At First Sight ini ceritanya, kurang lebih, semacam eksperimen dimana para ahli, yang terdiri dari psikologis, sosiologis, gitu-gitu, memasangkan laki dan perempuan berdasarkan kesamaan karakter, kesukaan, dan seterusnya, untuk kemudian dipertemukan. Tapiiiii… bedanya dengan jaman dulu, ngejodohin dengan cara ngenalin doang terus paling diojok-ojokin biar pacaran, lha ini begitu ketemu pertama kali itu pada-pada langsung dikawinin. Luar biasa emang mak comblang jaman sekarang (((MAK COMBLANG))) 😆
Udah sejak lumayan lama, Sa dan So pengen punya binatang peliharaan. Keinginan terbesar adalah punya anjing.
Tapi, untuk mewujudkannya rada pelik. Karena selain komplek ai juga ada aturan gak boleh piara anjing, rumah juga gak punya pekarangan belakang buat miara anjing, jadi kasianlah. Selain itu, punya anjing berarti tambah satu syarat baru buat nyari mbak yang gak keberatan ngurusin anjing. Nah, gue mah daripada enggak punya mbak, sih, mendingan gak punya anjing. 😛
Beberapa kali, keinginan pelihara anjing ini dialihkan ke binatang lain. Ikan, misalnya. Yang pertama rada sukses. Kita piara ikan cupang bernama Dory. Kemudian Dory meninggal. Punya lagi dua biji bernama Dory 2.0 dan Dora. Dalam waktu tak begitu lama, keduanya modieh bunuh diri. Ditemukan udah terkapar di lantai, diduga loncat. Ya ampun, ikan aja dramak. Continue reading “.tamagotchi.”
Menurut gue ya, kita hidup di jaman ogah rugi. Sekarang, mau apa-apa kudu Google dulu review orang. Kalo bagus, ya mari. Kalo jelek, ya udah, tinggalin.
Kebiasaan ini terutama gue lakukan saat cari buku bacaan baru. Kalo di Goodreads udah banyak yang bilang bagus, biasanya gue baru deh beli. Nyahahaha. Males kan, rugi. Udah mahal-mahal.
Salah satu buku yang gue perlakukan demikian adalah buku ini:
Salah satu dari anak gue yang bawel-bawel emeush itu pengen ikut lomba mewarnai. Ini adalah perdana dia akan ikut lomba. Karena itu, gue pun mulai dengan mengajaknya latihan mewarnai setiap malam.
Secara yaaa, anak gue ngewarnai aja masih tergantung mood. Boro-boro gradasi warna, ngewarnain langit aja masih keukeuh di atas doang (“Kan langit adanya di atas, ngapain aku warnain sampe ke tanah?”). Lebih parah lagi, gue juga anaknya gak artsy, jadi ya nggak kepikiran juga untuk memberi dia tips-tips supaya warna-warnanya jadi keren atau gimana. Palingan cuma ngajarin biar warnanya jangan keluar garis, sesuai waktu, dan ngewarnainnya satu arah.
Di penghujung 2016 kemaren, karena satu dan lain hal, gue sempet mendapat masukan dokter untuk lebih tertib soal makanan. Artinya, udah saatnya mulai memperhatikan apa yang dimakan dan diminum dan efeknya buat badan.
Tapiiii… berhubung udah mau masa liburan, ya sedih aja kalo diet. Akhirnya, gue cuma ngurangin banget makan KieFCi, sedangkan makanan minuman lain mah teteeeep sikaaaat.. 😀
Akibatnya tahun 2017 dimulai dengan melembung. Aslik. Berat badan perlahan tapi pasti naik terus. Mau cuek aja, tapi kok celana udah pada susah nanjak. Selain itu, kalo difoto candid kok keliatannya gitu amat yahh.. Continue reading “.keto(‘e) diet (padahal…).”
Akhirnya setelah entah terakhir kapan, keluar lagilah posting “Setelah Menonton…”. Hal ini disebabkan, tak lain dan tak bukan, oleh kesulitan menonton sering-sering. Sekalinya nonton palingan kartun bareng bocah-bocah. Kalo nonton film-film yang masih bisa DVD, juga milih nunggu DVDnya aja.
Akan tetapiiii… demi menghabiskan sisa kuota sumpah serapah di tahun 2016 ini, maka kami memutuskan turun gunung dan menonton…
Sejak pindah ke kantor baru, kadang-kadang Ayah kerja di hari Sabtu. Nah, kalo lagi gitu, daripada bengong, akhirnya gue, Sa dan So memutuskan untuk Girls’ Day Out aja sambil nunggu Ayah pulang.
Dua minggu yang lalu, iseng-iseng kami ke AEON mall, BSD. Lagi jalan-jalan di supermarketnya, tiba-tiba gue melihat sebuah kios kecil seperti ini…
Tantangannya berhasil namun kelembutan dan senyum dinyatakan gagal di malam hari karena satu dan lain hal.
Huft.
Hari Ketiga: Mengatakan Secara Spesifik
Dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk dengan pasangan dan anak-anak, tentu kita mesti berkomunikasi. Komunikasi ini tidak selamanya lancar; bahkan sering mengalami hambatan. Biasanya bukan hanya karena isi pembicaraan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikan dan bagaimana orang lain menginterpretasikannya.
Hambatan terbesar itu adalah “membaca pikiran” (mind-reading) orang lain dan membangun “dinding batu” (stonewalling).
Itu sebabnya, tantangan hari ketiga sesungguhnya merupakan latihan bagi kita semua untuk berkomunikasi secara jelas dan terang. Tidak abu-abu. Alih-alih mengatakan “Di sana,” Anda mengatakan “di atas meja, di samping kiri televisi.”
Begitu pula dalam upaya-upaya parenting, Anda tentu ingin membentuk serangkaian perilaku positif. Perilaku dan sikap positif itu akan lebih bisa dilakukan, diulangi, dan diulangi lagi, sampai terbentuk menjadi kebiasaan baik, jika Anda mengajarkannya secara spesifik. Jika Anda mengatakan “Mainlah dengan mengambil satu mainan dulu, dan jika sudah selesai, letakkan kembali ke kotak penyimpannya, baru boleh mengambil mainan yang lain” maka besar kemungkinan anak Anda akan dapat mengikuti harapan Anda dengan tepat. Bandingkan dengan jika Anda berpesan, “Yang rapi ya mainnya.”
Berbicara secara spesifik, persis seperti berbicara dengan lembut, juga menuntut Anda untuk berbicara secara berhadapan. Tatap muka. Tidak berteriak dari dapur, tidak meneriakkan perintah dari kejauhan.
Berbicara berhadapan bukan hanya akan memperkuat ikatan emosional, tetapi juga memperlancar komunikasi, menyapu hambatan dan kendala. Berbicara berhadapan memungkinkan And auntuk lebih mampu berempati — dan sebaliknya, anak atau pasangan juga lebih berempati kepada Anda
.
Continue reading “.Tantangan Hari Ketiga: Mengatakan Secara Spesifik (part 1).”