Kenapa anak bisa begitu pemaaf?
Saat kita moody dan nggak bisa tahan emosi. Saat kita lelah dan nggak bisa tahan marah.
Kenapa anak yang harus kena time out? Ketika sebenernya barangkali, sebaiknya, kita juga time out diri kita sendiri.
Kenapa anak bisa begitu pemaaf, ketika kita kelepasan dan keterusan memarahi dia, dari yang tadinya biasa aja hingga akhirnya berlebihan?
Sebenernya, hati mereka terbuat dari apa? Dan hati kita terbuat dari apa, ketika kita memaksa mereka memahami apa yang kita rasa tanpa berusaha keras untuk sebaliknya?
Saya pernah membaca “marah dan cinta enggak ada batasnya, karenanya pilihlah untuk melakukan yang kedua.” Kenapa sulit? Apakah kita hanya bisa menyayangi anak saat perilakunya sempurna?
Kenapa anak begitu pemaaf? Apakah hatinya terbuat dari emas? Siapa yang mewarisinya sifat pemaaf, ketika aku begitu pemarah?
Anak-anak begitu pemaaf. Barangkali karena itu sifat alaminya.
Tapi, mereka begitu peniru. Begitu cepat belajar dan mengimitasi.
Mungkinkah kelak karena meneladani tingkah laku saya, mereka tidak akan menjadi pemaaf lagi? Bagaimana kalau selama ini saya ingin anak yang baik tapi teladan yang saya berikan tidak baik? Dan bagaimana kalau saya tidak kunjung menyadari kalau sifat anak saya itu adalah cerminan dari sifat saya?
Maaf, ya, anak pemaaf. Kadang aku begitu sibuk melindungimu dari pengaruh buruk dunia luar. Sampaisampai tidak melihat bahwa aku juga bisa menjadi pengaruh buruk buat kamu sendiri.
Semoga anak pemaaf mau memberi maaf dan mengajarkan orangtuanya untuk menjadi sabar dan pemaaf.
😦
*lap air mata plus ingus*
aaa pagi2 mau nangis inget sumbu kesabaranku yg lg habis sm kakak raya krn mood trisemester pertama 😦
I knooooow 😦 aku juga seringkali merasa mereka hebat banget, sedangkan akunya kok payah banget. Semoga hati mereka bisa terus se-murni itu ya…