Tadinya mau berjudul I Care, Therefore I Vote, tapi berhubung bosen udah sering banget judul posting keminggris, ya udah.. #penjelasankurpen. Hehehe.
Berkaitan dengan masalah pilpres, kali ini gue mau ngomongin itu dikit. Ciyee.. jarangjarang nih. Jadi sebenernya ini dilatarbelakangi sama kegelisahan gue sendiri dengan melihat caprescapres yang ada dan semakin terpicu sama pertanyaan Lei di Path kemaren: apakah kamu cukup peduli dan sampai mana kamu peduli?
Gue adalah orang yang gak pernah golput. Gue menganggap ikut serta dalam pemilu itu kewajiban sebagai warga negara. Tapi, walopun milih, ya kalo dulu gue emang sangat ignorant. Dalam arti ikutan bapak ibu gue ajalah milih siapa. Hehehe.
Gue merasa suara gue ngaruh ketika pilihan gue menang. Di situ gue ngeliat bahwa, oh iya ya, satu suara aja ngaruh ya.. Tapi, seiring berjalannya waktu, ketika gue nggak puas dengan kinerja pilihan gue, gue nyesel. Nyesel kenapa dulu milih itu, nyesel kenapa nggak menyempatkan diri untuk cari tau lebih banyak tentang dia ataupun, saat itu, caloncalon lainnya.
Harihari ini, gue antara bersemangat dan khawatir. Pilpres udah di depan mata. Calonnya cuma dua pasang. Terus terang gue nggak bacabaca banyak tentang pasanganpasangan itu karena gue merasa media punya jagoan masingmasing, makanya mereka bisa jadi cenderung menyetir opini pembacanya juga untuk memilih si jagoan itu. Tapi, kalo ada link, gue kadang baca juga sih.. Selain itu gue juga menyimak obrolan orangorang tentang para capres dan cawapres ini dan mencoba mengolah pake pikiran sendiri.
Gue juga menggunakan pengetahuan tentang apa-yang-sudah-dan-atau-tidak-mereka-lakukan sebelum masa ini sebagai bahan pertimbangan. Selain itu, gue juga, secara subyektif, menilai mereka berdasarkan orangorang yang terangterangan menyatakan dukungan terhadap pasangan itu.
Jika dibandingkan dengan pemilupemilu sebelumnya, walopun mungkin gak signifikan, tapi gue sedikit lebih riset. Namun, dibanding sebelumnya, di pilpres kali ini gue jauh lebih banyak menggunakan hati.
Kenapa?
Karena gue lelah.
Gue lelah merasa tidak aman. Gue lelah merasa tidak nyaman. Gue lelah mendengar, menonton, membaca berita buruk. Gue lelah hidup khawatir.
Gue adalah orang yang percaya semua hal terjadi untuk satu alasan. Karenanya gue percaya pasti ada alasannya kenapa gue dilahirkan di Indonesia dan menjadi warga negara sini. Dan ada alasannya kenapa anakanak gue lahir lewat gue dan menjadi warga negara Indonesia juga.
Itulah kenapa gue lebih banyak membuka diri ke informasi atau obrolan politik jelang pilpres 2014. Gue mau memilih orangorang yang, menurut gue, bisa mengembalikan rasa aman dan nyaman gue saat hidup di negara sendiri. Gue mau memilih orangorang yang, gue harap, bisa melakukan tindak hukum terhadap siapa saja yang melanggar hukum – baik itu penjahat kelas teri sampai tingkat tinggi. Di atas semua itu, gue mau memilih orangorang yang, gue anggap, bisa berkontribusi dalam mendidik moral generasi yang lebih muda ke arah yang lebih baik. Bukan cuma karena gue bosan dan panik membaca tentang berita anakanak yang gak sopan sama ortunya tapi juga karena, klise,suatu hari nanti mereka yang akan menjalankan negara ini. Iya kan?
Pemilu tahun ini, gue memilih demi anakanak gue. Karena, sama seperti jutaan orangtua lainnya, setiap hari gue hanya berharap mereka bisa dikelilingi oleh orangorang dan hal yang baik.
Dan kalau gue boleh naif, gue punya harapan besar bahwa pilihan gue bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, bukan cuma sekedar jargon. Okelah, setidaknya, lebih baik dari saat ini.
It won’t happen overnight. I know. It requires baby steps. I know. MY baby steps untuk saat ini adalah terus mencari info tentang kedua pasang capres; karya masa lalu, karya masa kini, dan sebagainya, sampe menemukan yang sreg di hati dan kirakira bisa memenuhi harapanharapan gue yang sederhana tapi gak mudah di atas. Seandainya bisa, gue juga pengen menghimbau ke para pemilih pemula untuk melakukan hal yang sama. Karena setiap suara besar artinya, dan karena ini mungkin kesempatan kita untuk masa depan yang lebih baik.
Jadi, sekarang saatnya kita mempersiapkan diri untuk memilih pemimpin baru. Kenapa gue bilang mempersiapkan diri, karena ketika pilihan kita terpilih sebagai pemimpin, artinya kita juga harus MAU untuk dipimpin.
One can only hope for a better future, because, sometimes, hope is what keeps us going.
Semoga, pada akhirnya, kemanusiaan – dan bukan sekedar kekuasaan, yang menang.
Amin.