Bukan, ini masih bukan cerita lahiran anak kedua saya. Hehehe. Cerita yang itu soalnya butuh waktu yang lebih panjang biar lebih konsen, jadi sementara cerita yang lain dulu yaa…
Kita cerita tentang “bayi” saya yang satu lagi aja. Tapi, bukan Sabia.
Nah, jadi siapa dong? Hehehe. Keep reading! 😉
Alkisah, pada suatu hari, ada seseorang mensyen gue di Twitter. Dia mampir ke blog gue atas rekomendasi si Teppy. Hari itu udahlah ya, mensyenmensyenan dan kenalan aja.
Beberapa hari (atau minggu?) kemudian, si Tepski cerita kalo Patres, yang dia rekomen baca blog ini adalah editor bukunya dia yang, saat itu, masih dikerjain (sekarang bukunya Teppy; The Freaky Teppy, udah terbit). Lalu Teppy bilang dia ngasih kontak gue ke Patres.
Selang sekejap dari watsapan gue sama Teppy, gue dapet email dari Patres, yang nawarin gue ikutan proyek menulis ramerame. Sejenak sempet kaget karena gak nyangka banget. Tapi, akhirnya, gak pake mikir, gue langsung setuju gabung.
Long story short, sejak email pertama itu gue jadi banyak ngobrol dan berhubungan dengan Patres, sang editor yang sabar dan baik hati ini. Hihihi. Selain dia, gue juga berkesempatan untuk ngobrol dan kolaborasi dengan beberapa teman yang juga suka menulis dan setuju ikutan proyek ramerame ini.
Thus, jadilah buku ini:
#EverlastingLove.
Ini adalah kumpulan cerita non fiksi yang ditulis oleh eboebo muda berdasarkan pengalaman dengan anakanak masingmasing. Topiknya variatif banget, dari mulai pengalaman ibu bekerja, parenting vs grandparenting, liburan sama anak, kerjasama ngurus anak sama suami, dan banyak lagi.
Gue selalu berpikir bahwa jadi orangtua itu gak ada sekolahnya, tapi asal kita bisa menemukan orangorang yang sepaham dan gak judgmental, rasanya kita bakal baikbaik aja.
Ceritacerita yang ada dalam buku ini benerbener apa adanya dan berhasil membuat gue berkontemplasi bahwa yang bisa kita lakukan hanyalah mengeluarkan upaya terbaik, demi anak dan demi kita. Bukan demi orang lain. Kita juga gak perlu malu mengakui kalo ada saatsaatnya kita berperang dengan diri kita sendiri, dan kalah, karena menjadi orangtua itu proses yang gak akan berhenti.
Terlepas dari bukunya sendiri, gue rasanya pengen bilang bahwa akhir tahun 2013 ini gue melahirkan dua bayi, yaitu si Ungsu dan #EverlastingLove.
Karena, walopun buku ini bukan sepenuhnya tulisan gue, tapi hampir semua orang yang kenal gue tau bahwa menulis dan diterbitkan merupakan salah satu mimpi terbesar gue.
And seeing my name on the cover of this book, as one of the writers, makes me realize that….. some dreams DO come true.
Terima kasih, Semesta.. Semoga menjadi awal yang baik. 🙂
hai, gue Tyas, salam kenal Mbak Smita :). Selamat ya, semoga bisa terus menulis, i love your writing, simpel tapi bermakna.
Aku udah beli online doonk,lg nunggu bukunya dateng! :)))
And I’m a proud husband
:*
>:D<
SELAMAT YA SAYAAAAAAAAANG! A start to many more books from you! AMEN! :*
Mbak Smita selamat..proud to be your follower (on twitter and blog) hehehe..kapan ya aku bisa nulis yg kece gini..
Selamat ya Smitaa..udah gak sabar pengen ke toko buku besok, dan kayaknya bagus juga buat kado temen yg abis lairan 😀
Oyaa..keep on blogging yaaa…abis biasanya blogger yg udah cetak buku trus jadi jarang ngeblog lagi huhu…jangan yaa kamuu..
congrats once again
Congrats mbak.. Aku selalu suka tiap lihat orang2 yang berhasil mewujudkan mimpinya, kayak yang mbak Smita bilang “Some dreams do come true” 🙂
*melipir ke tobuk beli bukunya*
Uwaw, selamat nengpooooppp, ditunggu tulisan2 berikutnya, fiksi maupun non-fiksi ya 😉