bingungbingung · ingetinget · kerjakerja · mikirmikir · sukasukaku · temanteman

.tentang talenta.

Waktu kecil gw pernah mendengar sebuah cerita perumpamaan seperti ini:

Seorang Tuan yang mau pergi ke luar negeri dan dia menyerahkan hartanya kepada tiga orang hambanya. Si A dia beri 5 talenta, si B diberi 2 talenta dan si C diberi 1 talenta. Talenta ini maksudnya uang emas gitu loh.. (kayanya sih).

Eniwey. Paska menerima 5 talenta, si A memutar kekayaannya itu dan berhasil dapat untung 5 talenta juga. Jadi sekarang A punya 10 talenta. Si B melakukan hal yang kurang lebih sama, dan mendapat untung 2 talenta juga, sehingga jadi punya 4 talenta. Sedangkan si C, yang diberi 1 talenta, menyimpan uangnya itu di sebuah lubang.

Pada hari kepulangan Tuannya dari luar negeri, dia minta laporan akan talenta yang diberikan kepada 3 hambanya. Dia senang dengan si A dan si B yang sudah dengan pintar memanfaatkan talenta yang dia berikan sehingga mendapat hasil berlipat ganda. Sedangkan, ketika si C mengembalikan 1 talenta, seperti ketika pertama kali dia ngasih, Tuan ini jadi marah karena si hamba dinilai tidak memaksimalkan apa yang dia miliki.

Kirakira begitu ceritanya. Ada yang merasa familiar atau pernah denger? 😛

Belakangan ini (atau emang sebenernya enggak pernah hilang dari pikiran), gw kembali teringat cerita itu dan berpikir agak lama dari biasanya.. (ya kirakira 5 menitlah.. 😛 ). Harap maklum ya, belakangan ini emang gw kadangkadang drama jadi apaapa dipikirin… 😛

Jadi gini. Dari dulu gw adalah kaum yang percaya bahwa segala hal terjadi untuk satu alasan. Termasuk kenapa kita hidup. Kenapa kita hidup di sini. Kenapa kita hidup di antara orangorang terdekat kita saat ini. Dan seterusnya.

Dari situ, gw mikir lagi. Sebagai manusia, kita tuh pasti deh dilahirkan ke dunia dengan keistimewaan tertentu. Gw percaya deh kalo semua orang tuh punya bakat dan talenta tertentu dan ketertarikan khusus terhadap halhal tertentu. Menurut otak cetek gw, gak mungkin aja kita diceburin ke dunia tanpa bekal.

Bakat dan talenta ini mungkin bisa berfungsi sebagai senjata paling utama buat kita bertahan hidup kelak. Makanya itu, ada anjurananjuran untuk bekerja sesuai passion, supaya kita bisa make a living out of something we love and know so well. Sekali lagi, ini kesimpulan menurut pemikiran gw yang tambah lama 5 menit dari biasanya itu.. 😛

Nah. Masalahnya, sampe saat ini, masih banyak orangorang yang (terpaksa) bekerja hanya untuk uang dan benefits. Orangorang ini menjadi miserable karena setiap hari menjadi jemu dengan aktivitasnya, yaitu melakukan sesuatu yang sebenernya dia gak begitu senang, tapi butuh uangnya.

Sebelum gw lanjut, gw mau cerita dulu tentang dua orang temen gw. Meskipun mungkin ada lebih banyak lagi temen yang bisa diceritain, tapi karena keterbatasan space, gw ceritain dua orang ini aja ya.. Okeh? Yang gak diceritain, ga boleh sensi.. I adore you just the same  😛

Temen gw yang pertama mau gw ceritain adalah Miund. Sapospos tinta tawares diana?

Pertama banget gw baca tulisan dia adalah di majalah Trolley. Waktu itu gw pikir dia laki. Hehehehe. Kemudian, waktu buku Gokil! -nya dia keluar, gw beli HANYA karena gw merasa pernah baca tulisan dia dan gw suka. Baru setelah baca buku itu, gw ngunjungin blognya, blablabla, dan kita temenan sampe sekarang.

Mihun adalah orang yang, menurut gw, sudah mengerti apa yang dia suka DAN dia mau mengeksplorasi dirinya dengan mencoba banyak hal. Sehingga di usia yang relatif muda, dia udah pernah nulis buku, jadi produser di radio, jadi MC, jadi penyiar, nulis untuk website internasional, nulis skrip untuk sinetron, jadi stand up comedienne, dan lainlain, pleussss beberapa proyek pribadi yang mengeksplor hal lain selain hobi menulis dan ngobrolnya.

Terlepas dari segala ke-ngehek-annya, Mihun menginspirasi gw karena, menurut gw, dia adalah salah satu orang yang memaksimalkan apa yang dia miliki. Orangorang seperti ini MUNGKIN (dan mudahmudahan) gak akan punya penyesalan kelak, karena gak melakukan apa yang dia ingin lakukan.

Temen berikutnya yang mau gw ceritain adalah Wisnu.

Pertama kali gw kenal dia, gw mengenalnya sebagai anak lulusan Teknik Industri yang bekerja di perusahaan alat berat. Tapi, gak perlu waktu lama untuk tau bahwa ketertarikannya dia adalah di bidang fashion. For him, passion means fashion.. (kaya orang Sunda! 😛 )

Meskipun gw yakin dia bekerja sebaik mungkin di kantornya saat itu, sampe kadang pulang malem juga kalo Jumat demi ngejar target, gw gak terlalu menyadari bahwa dia gak sehepi itu kerja di sana. Sampai pada akhir 2011 lalu, dia dipercaya untuk mengisi posisi di perusahaan retail besar yang barangbarangnya juga kemungkinan besar ada di lemarilemari kita. Di situ gw baru menyadari bahwa Inu menemukan tempat yang tepat buat dia  😀

Semua tweetnya berubah. Di perusahaannya yang dulu juga dia jarang mengeluh tentang kerjaan di Twitter sih, tapi sekarang kerasa banget kalo auranya hepi. Kerja gak lagi beban. Hari Senin bukan lagi serasa cobaan. He sounds and looks happier. Dan energi positif kaya gini berasa loh ke orangorang sekelilingnya… Terutama kalo kasih info sale. Semua orang hepi. Hihihihi..

Kedua temen gw di atas membuat gw berkaca bahwa memang ada yang namanya bakat, talenta dan passion. Dan ketika kita melakukan sesuatu yang benarbenar kita sukai, kita akan melakukannya dengan senang hati. Sesuatu yang didasari hati senang akan berdampak positif juga buat orangorang di sekeliling kita, karena mereka merasakan aura positif yang kita keluarkan tanpa kita sadari.

Oke. Sekarang balik ke topik sebelum gw cerita tentang tementemen gw ini. Where were we? Oh, sampe ada orangorang yang miserable, yang melakukan sesuatu bisa jadi karena butuh uangnya, tergigit realita atau apapunlah.

Barangkali memang gak mudah untuk bisa bekerja sesuai passion, memaksimalkan bakat dan sebagainya. Bisa jadi kesempatannya belum ada, keberaniannya belum ada, kebutuhannya masih banyak, atau apalah.

Yang menjadi pertanyaan buat gw:

Apakah nanti kalo kita udah dipanggil Tuhan, kita akan mengalami apa yang ada di cerita di atas? Pertanggungjawaban atas talenta yang pernah Tuhan bekalin buat kita? Sejauh mana?

Gw bisa bilang gw menyukai pekerjaan gw sekarang. Tapi kalo ditanya, apakah ini yang ada di bayangan gw ketika mendengar kalimat “memaksimalkan bakat dan passion”? Meskipun gw tetep mencoba bekerja sebaik mungkin, jawabannya tetap: Bukan.

Karena, gw menganggap, passion gw di menulis.

Tapi apakah dengan gw bekerja seperti sekarang ini, melakukan sesuatu yang sekedar gw sukai, akan membuat gw seperti orang yang menyianyiakan apa yang sebetulnya dibekali dan menjadi bakat gw?

Gak tau juga sih.. 😛

Sebenernya kalo pertanyaan macam begini ditanyaiiiiin terus ke diri sendiri, jadi banyak bahasannya. Kadangkadang jadi dapet insight juga, seperti ini:

Kenapa mempersempit potensi diri dengan bilang : bakat / passion /talenta cuma di menulis?

Bisa jadi sebenernya punya bakat people-skill juga makanya seneng ngelakuin kerjaan sekarang.

dan berbagai insight yang mungkin cuma berguna buat diri gw sendiri doang, tanpa mengerti yang mana yang pembenaran, mana yang bukan.

Sebenernya, gw takut ajah. Takut kalo ternyata selama ini menyianyiakan keistimewaan yang pernah dikasih sama Yang Di Atas. Takut kalo kurang mengeksplorasi diri sendiri. Takut ketika tiba saatnya diminta pertanggungjawabannya, ternyata mengecewakan.

#kemudianhening

Barangkali emang gitu ya, seharusnya kita enggak membatasi dan mengkotakkotakkan apa yang kita pikir sebagai bakat/talenta/passion kita. Melainkan terus eksplorasi sepuaspuasnya selagi bisa, dan memutuskan untuk fokus dan serius terhadap satu atau dua hal yang, menurut kita, kita paling bagus/bisa di situ.

Bagi sebagian besar orang, bekerja sesuai passion, adalah suatu mimpi. Dan seperti halnya mimpimimpi lainnya, semua itu batasnya langit. Kita harus meloncat setinggitingginya, walopun mungkin kadang resiko jatuh dan sakit, tapi, kalo emang pengen banget ya harus bangun lagi dan berani mencoba lagi.

Kuncinya: Berani.

Berani sedih, berani ditolak, berani malu, berani keluar dari comfort zone, berani bermimpi dan berani mengejar mimpinya.

Huuuuuuuuf, berat yah pembahasan pagi  ini…

Kalo ada yang membaca sampe bawah sini, terima kasih ya udah mau baca uneguneg saya yang panjang ini.

Yah meskipun kali ini gak punya kesimpulan atas tulisan (yang didasarkan dari keresahan ini), saya cuma mau berharap supaya tahun 2012 ini, setidaknya bisa menjadi awal yang BERANI untuk semua orang yang BERANI membuka dan mengeksplorasi dirinya untuk mendapatkan hal yang selama ini sudah BERANI dimimpikannya……

….. supaya kelak gak ada penyesalan. Itu saja 🙂

Akhir kata: Selamat pagi, semua 😀

32 thoughts on “.tentang talenta.

  1. Cerita ini bisa menginspirasi banyak orang yang masih sering merasa kalo’ kerja itu adalah “terpaksa”..*peluk*

  2. Udah lama gak mikir soal ini…teringat lagi en semangat lagi 🙂
    Makasih yaa…what a great way to start my day 😉

  3. aawww this is a very sweet post. you know, i’m not really all that. i’m just lucky 🙂 God has been so kind to me, jadi entah apa aja yang gue pengen lakukan kok ndilalah kejadian.

    tapi gue selalu percaya satu hal: kita gak boleh takut ngambil resiko. gue juga pernah gagal, kecewa, down dan sebagainya. tapi ada satu hal lagi yang gue belajar dari pengalaman kerja bertahun-tahun ini yang suka dilupain orang banyak (termasuk diri gue sendiri kadang-kadang):

    “gak pernah ada kata gak mungkin. yang ada adalah kata ‘belum saatnya’.”

    jadi, sesuatu yang gue pengen banget itu belum tentu kejadian besok. misalnya: untuk siaran dan standup comedy, gue udah pengen dari 2001. 10 tahun sampe dua-duanya kejadian 🙂 bahkan gue udah lupa gue pernah pengen :p so that’s where i said i’m lucky.

    kalo ditanya akan nyesel apa enggak: jawabannya jelas enggak. semua keberhasilan, kebegoan dan kegagalan yang pernah gue lakukan membentuk gue jadi seperti sekarang. how could i be sorry for such blessings? 😀 ayoooooo semangat! semua orang punya powernya, tapi kadang emang susah nyari switch buat mengaktifkannya 🙂 kalo udah ketemu… CUS! liat aja Inu kita tersayang 😉

    1. terima kasih ya Mihun, karena sudah menginspirasi bukan hanya gw tapi pastinya banyak orang. suka banget katakata yang gw tebelin di atas. 🙂

      kalo lo bisa, semua orang jg pasti bisa 😀

  4. Gue jadi keinget temen lama gue Smit. He was my friends at work, a journalist also, but he sucked at it. Wawancara ribet, liputan males, nulis acak adul. Padahal kuliahnya di jurusan jurnalistik. Ternyata setelah ditelusuri, dia masuk situ karena terpaksa, karena biaya kuliahnya murah, karena dia bingung mau pilih jurusan apa.

    Tiap ditanya, kenapa sih lo gak doing something you love, dia selalu bingung karena gak tau apa yg dia cintai. Gue gak tau ya nasibnya sekarang, karena terakhir di tahun 2001, dia dikeluarin dr kantor gue karena ya gitu deh. Mudah2an dia skrg udah nemu sesuatu yang dia cintai dan bisa bikin dia bekerja tanpa beban 🙂

  5. Posting yg menarik and an eye opener…. Intinya harus berani ya, Smit. Berani mengeksplorasi, talenta, minat dan passion kita dimana. Berani mencari dan mengambil kesempatan yg datang. Berani juga mencoba hal baru kalau ternyata yg sesuai sama keingin kita belum ada di depan mata.

    Buat gw yg penting selalu bersyukur. Kalaupun saat ini kita belum di posisi yg memungkinkan menjalani sesuatu yg sesuai minat kita namun juga menghasilkan, nggak perlu ngeluh terus… karena siapa tau, dibalik itu ada bakat2 terpendam yg kita nggak ngeh ya. Selama kita selalu melihat sesuatu sebagai berkat dan hal yg positif, Insya Allah, selalu ada yg bisa digali…. *ini gw makan siang apa tadi bisa ngomong gini*

    1. Bersyukur juga SANGAT perlu.

      Satu hal yang membuat gw rada tenang adalah ketika tadi Bowo bilang,

      “Kerjaan gw gak sesuai passion, tapi gw bekerja keras cari uang supaya bisa memenuhi passion gw.”

      Menurut gw itu lebih eye-opening lagi.. Hehehehe..

      Btw, kamu ngomong ini bijak banget, kalo mengingat pembicaraan di YM kemaren, jadi…. ORA PANTES.. 😆 but i love u!

      1. omg bener banget kata Bowo. gw juga pernah banget terjebak di keadaan di mana gw mikir “kenapa sih gue mau ‘dikerjain’ begini? kerjaannya gak bikin gue pinter, enjoy juga kagak, duit gak gede pula. sampe bapak gw bilang: udah kamu di rumah aja, diem ga usah kerja, papa kasih duit lebih gede dari gaji kamu.

        tapi, looking back, gue melihat sisi lain dari kerjaan itu: networking gue jadi gila2an bannget gara2 pernah kerja di situ dengan posisi yang menurut gue saat itu ‘serba enggak banget’. turns out, buanyaak sekali orang yg saat itu ternyata iri sekali sama gue.

        dan kalo gue ga pernah menjalani ‘kesusahan’ itu, mungkin gue ga akan ada di tempat gue sekarang. true story.

        jadi mungkin emang ga cuma mengumpulkan duit aja, sometimes we have to endure hardships to support our future, entah apa pun itu. gue aja baru ngeh taun 2008, padahal kerjaan itu taun 2001 gue jalanin.

        i guess in life, we need a good stamina to reach good things 😉

  6. nah!! duh ini semacam ‘jawaban’ dari atas bwt kegalauan gw akhir2 ini…
    i love my job…
    but still, masih pengennn sekolahhh lagiii….

    huhuhu…

    cuman ya itu,
    ga berani ninggalin posisi dan kenyamanan sekarang utk bergembel ria di negeri orang.

    dan yes, setelah ada anak, mikirnya jadi tambah panjang ya bok.

    dan gw jadi takut ketika hari pertanggungjawaban,
    Tuhan marah karena gw memilih ambis pribadi dibanding membesarkan anak.

    duh galau….

    1. naaaaah, gw jg tuh takutnya di hari pertanggungjawaban terus ditoyor sama Tuhan, “elu tuh ye, udah gw kasih kebisaan ini, ini, ini dipakenya cuma gitugitu doang..” hehehe..

      setelah ada anak, emang mikirnya jadi tambah panjang.. soalnya kalo dulu mah klo buat keputusan terus yang sengsara diri sendiri masih gpp, kalo skr takutnya yang meraja akibatnya maju mundur terus.

      btw, mengenai memilih ambisi pribadi dibanding membesarkan anak. , menurut gw lebih baik jangan dilihat dari sisi itunya.. Tapi, lebih ke sebagai individu, lo juga butuh mengembangkan diri lo supaya lo merasa positif atas diri lo sendiri.. Tentunya juggling dengan role sebagai ibu..

      Karena ibu/istri yang hepi konon pangkal keluarga bahagia lohhh.. 😀

      1. gue kagum smiw sama elo, udah mikirin soal tanggungjawab ke Tuhan. soalnya selama ini gue bener2 ga pernah mikirin itu *nunduk*. yang gue pikirin cuma: ‘eh ini asik yah, coba ah. eh itu asik juga yah, coba juga ah’. kayak main-main jadinya huahuahauhua :))

        post ini sangat eye-opening buat gue. serius.

  7. Hi mbak! Salam kenal. A very nice post. I felt the same, dulu tiap hari hrs kerja malesss bgt rasanya. Tp akhirnya stelah punya baby, udh 4 bln ini memberanikan diri utk jd Full Time Mom sambil ngerjain my passion : Crafting.
    Waktu mutusin ini maju mundur bgt, takut dgn keadaan financial. Tp waktu itu mantap resign krn mikir baby dirmh cm ama nanny dan I hate working. Kok kalo dipikir2 gak ada yg didapet, anak gak bs dididik dan pekerjaan juga bukan passion kita (although I was in a good position). Jd kaya kiri kanan gak ada yg didapet. Cm krn mikirin uang. Then I made the decision. Skrg rasanya happy bgt, bs nemenin anak tiap hari dan mengerjakan yg disukai.Tp tetep ada pengorbanan lain yg hrs dilakukan dlm hal merubah gaya hidup.Tp alhamdulillah bener kata orang2, rezeki pasti udh diatur.Sejak saya resign,suami udh naik gaji 2 kali. Skrg tugasnya adalah supaya suami bs juga dpt pekerjaan sesuai passionnya.So he can be as happy as me 😉
    Maaf ya commentnya kepanjangan 😀

    1. Terima kasih banget buat komennya.. Justru gw belajar banyak dari komen ini 🙂

      Selamat yah, sudah berhasil lepas dari comfort zone. 😀

      Keadaan finansial yang bakalan berubah udah pasti merupakan garda depan ketakutan gw juga kalo ada di posisi yang sama. Tapi, harus diresapi banget kalo rezeki pasti udah diatur, dan kita mesti pasrah aja deh..

      Good luck yaaa.. 😀

  8. passion dan talent saling melengkapi kalo kata gue. krn dari kecil gue pengen bgt sekolah/kerja yg berhubungan sama design2an. tapi gue gak pernah bisa gambar dr kecil, parah bgt. gak berani masuk kuliah design di jakarta, karena pikiran cetek: gak bisa dan (merasa) gak bakat aja gitu. tapi karena passionnya kuat banget, selalu coba belajar otodidak dan nekat internship dgn skill minim. sampe akhirnya memberanikan diri sekolah design, dan ternyata bener. talent yang gue rasa kecil bgt ternyata bisa diasah, asal passionnya kuat dan di usahain. klo kata bos gue, talent itu (kadang) cuma seperberapa persen dr keberhasilan lo. kalo lo mau usaha terus dan passion lo kuat (pake plus sabar dan giat ya bok), niscaya apapun yang lo mau bisa dilakukan 🙂

    1. melihat blog pinter lo, gw hampir gak percaya kalo lo gak pernah bisa gambar dr kecil. BAGEMANA INI, sementara blog pinter lo itu membuat gw minder abisabisan sampe gw memaksa lo membuat blog orang biasa yang lebih cocok dengan kapasitas otak gw.. Hahahahahaha…

      See, people, the keywords here are: “sampe akhirnya memberanikan diri sekolah design…”

      Ketika kita udah tau apa yang kita sukai, kita harus berani merobohkan dinding yang selama ini mengungkung kita supaya mimpi kita terwujud.

      *mengepalkan tangan, ngomong sama diri sendiri*

      *berusaha aplikasi*

  9. cerita itu ada di Alkitab mbak..salah satu perumpamaan TUHAN Yesus yang diajarkan ke murid2nya..
    sebenarnya kita hidup emang udah punya tujuan masing-masing yang ditetapkan sama Pencipta. Ibarat pencipta mobil, pasti dia punya tujuan agar mobil itu berguna. Nah begitu juga hidup ini. Diciptakan untuk berguna. Berguna jadi apa? Kita sendiri yang menemukan. Ketika tiba2 kita punya passion itu untuk suatu hal, mungkin juga memang itulah guna kita di dunia. Sudah dikasih talenta hendaknya dipergunakan maksimal dan hasilnya bukan untuk kita namun menyenangkan Pencipta kita. Yah kembali lagi ke ibarat mobil tadi, kalau memang mobilnya ternyata berguna pasti akan membuat penciptanya senang dan terus mengembangkan potensi mobil itu..

    *komenku sungguh serius*

    1. iyesss… ini adalah cerita di Alkitab. Salah satu firman yang gw inget selain “Berhenti makan sebelum kenyang” sama “Kalo berdoa, sebaiknya tutup pintu.” Hehehehe..

      Saya setuju. Mungkin ya, secara garis besarnya… kita HARUS berguna. Entah itu berguna sebagai apa, yang penting berguna. Dari lingkungan terkecil aja dulu, buat keluarga terdekat baru meluas ke lingkup lebih besar. Kalau kita sudah diakui berguna, setidaknya pasti berarti kita sudah memaksimalkan suatu talenta yang dikasih sama Tuhan ya..? 🙂

      Terima kasih ya masukannya. Benerbener deh, gw belajar banyaak banget dari komenkomen yang masuk di post ini.. 🙂

  10. hi mbak poppies, aku senang skali blog ini.. 😀

    ini pembenaran apa bukan yaa.. :p
    mnurutku si, Tuhan kan ngasi “talenta” ga cuma sebatas buat ngasi emas (duit) doang kaya’ yg di cerita Tuan di awal.. buanyakk hal yg ga bisa keukur duit..

    mis mbak poppies, dikasi “talenta” menulis..
    dan lalu ditanya Tuhan ttg pertanggungjawaban..
    dan lalu mingkem krn si “talenta” dirasa ga dipake maksimal buat dpt emas..
    tp mgkn akan ada bbrp orang yg “membela” (trmasuk gw kali :p)..
    krn hasil tulisan2 mbak yg somehow mnginspirasi, hihi..
    dan sbnernya Tuhan pasti udah tau.. :p

    aku punn, jauhhhh deh sama yg namanya maksimalin si talenta buat dpt emas..
    tp percaya, kita uda lakuin sebisa kita soal si talenta, kecil ato bnyk pasti udah diitung Tuhan 🙂
    dan digantinya ga cuma pake emas.. :p

    slamat pagiiiiiiiiiiiiiiiiii 😀

    1. Komen ini asli membuat gw berkacakaca pagipagi.

      Terima kasih ya, Ita… Kalimat yang bilang, “kecil atau banyak, pasti udah dihitung” itu memberi semangat deh.. Kalo kecil aja dihitung, apalagi banyak yah… 🙂

      Kita mungkin samasama masih jauuuuuh dari maksimalin si talenta, tapi dengan kamu menjadi “kamu” yang selalu baik dan mencerahkan hari orang lain, itu juga sudah salah satu talenta yang kamu gunakan setiap hari.

      Makasih yaaa.. 😀

  11. Samaan sih, aku ngerasa passion-ku di seni dan nulis. tapi aku kerja di pemerintahan. and I’m happy about it. Kalo dipikir2 kenapa ya? padahal passion-saya nggak di bidang ekonomi seperti ini. ternyata buat saya ada yg namanya passion, dan what’s matter. passion saya seni, tapi saya ngerasa ngurusi ekonomi negara itu something that really matter (to me and to many people in this nation). and I think God won’t be mad at me, for this. tfs 😉

  12. Haks, sebenarnya kerjaanku juga ga terlalu cocok sama passion-ku. Tapi, kadang2 masih melakukan hal-hal yang sesuai dengan passion-ku kok. Jadi, gak ngerasa bersalah2 amat lah.

  13. jeng smita,

    ijin pakai post dikau untuk bahan sharing di community-cellgroup gereja ya.
    aku terJLEB banget pas baca post ini dan kayaknya musti dishare sm temen2 yg lain.

    thanks for sharing, smita… ;’)

Leave a reply to utamiii Cancel reply