Pertama kali gw liat #MoccaLastShow dikumandangkan di Twitter, gw langsung terbelalak dan mencelos. “Seriusan?” dan “Kenapaaaaaaa?” adalah dua hal pertama yang ada di pikiran gw. Setelah beberapa twit kemudian dari @moccaofficial, baru gw tau kalo mereka akan tetap berkarya tapi akan vakum tampil untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.
Bicara tentang Mocca, gak bisa enggak, gw pasti terbawa ke beberapa tahun yang lalu. Jaman gw masih kuliah. Album pertamanya, My Diary, sungguh membantu gw melewati harihari kusut yang isinya campuran benangbenang hepi dan ribet dan *uhuk* galaugemilau… 😛
Sejak album pertama itu, Mocca menempati tempat khusus di hati gw Gw menganggap diri gw bertumbuh diiringi lagulagunya. Dia adalah tipe band yang walopun gw belom denger lagu barunya, tapi kalo dia ngeluarin album baru, akan gw beli dan gw dengerin satusatu. Dan bahkan lagunya yang You, gw persembahkan ke suami gw, Hanya Satu  dinyanyikan saat sungkeman ke para orangtua di hari pernikahan gw, Listen To Me dan Lucky Me gw persembahkan pada anak gw.
Menurut gw, itu sudah cukup menjadi alasan mengapa gw HARUS datang ke konser terakhirnya.
Pada awalnya, konser itu cuma diplot untuk 900 orang. Gw udah pesimis dapet karena harus antre, sementara gw kerja di ujung dunia. Gw juga sempet bilang sama Dals, kalo dia gak mau nonton, gw ngojek aja sendiri pulang pergi gak apaapa. Karena, this I gotta see. Gak bisa enggak.
Pendeknya, setelah diomongin, si Dals mau ikut. Gw juga akhirnya dapet tiket dari hasil nitip sama temanku, si Adit. Ternyata juga banyak temen nonton bareng, antara lain kakakku, Inyi, Mihun, Joji, sama Adit juga.
Dalam perkembangannya, karena begitu banyaknya peminat, venue yang tadinya direncanakan di Balai Kartini jadi pindah ke Hall A Senayan. Bersyukur juga sih, karena agak lebih melipir dan lebih mudah diakses, secara itu Jumat malem yang biasanya macetttt berat di Jakarta. Maka, dari jauhjauh hari, gw pun udah mulai menyusun rencana gimana biar bisa sampe di tempat tepat waktu.
Hari yang ditunggu pun datang. Gw udah semangat banget dari siang, dan ketika akhirnya gw duduk manis di dalam Hall A Basket, aku pun senaaaaang sekali. Setelah menunggu agak lama, akhirnya konser bertema kabaret itu dimulai dengan story teller Ringgo Agus dan Soleh Solihun.
Sebagai orang yang tumbuh dewasa diiringi lagulagu mereka, menonton konser terakhir sebuah band kesayangan itu sangaaaaaaaaaaattt….. campur aduk rasanya. Di satu sisi seneng karena gak berhenti ikut nyanyi bareng, di sisi lain juga sediiiih sangat.
Pada awal sampe pertengahan konser, gw agak kecewa karena meskipun pertunjukan kabaretnya, uhm, pantas dihargai, gw merasa untuk sebuah konser-terakhir, Mocca kurang interaksi dengan para pecinta musiknya. Gw juga menyayangkan venue yang menurut gw kurang mendukung untuk sebuah band yang sangat baik seperti ini. Meskipun begitu, gw juga terhibur dengan kolaborasi Mocca dan musisimusisi lain – seperti Ade Paloh, Mondo Gascaro, Float, Endah n Rhesa (yang merupakan kolaborasi TERKEREN malam itu menurut gw).
Tapi, ternyata saya terlalu cepat menilai, sodarasodara… Di penghujung kabaretnya, Mocca berhasil menyihir satu gedung dengan suara Arina yang sungguh….. tak bisa gw deskripsikan indahnya di Hyperballad. ASELIIIIKK.. gw antara merinding sama pengen nangis dengernya 😦 Gw sempet ngerekam ini di HP, dan sampe sekarang kalo denger lagu itu masih mencelos rasanya..
Setelah itu, break sebentar, lalu ada kolaborasi dengan White Shoes and The Couples Company. Ternyata kolaborasi ini merupakan awal dari sesi kedua, di mana udah gak ada kabaret dan…. inilah konser yang gw tunggu dari awal.
Di sesi kedua ini, Arina gak berhenti bercerita dan berkomunikasi dengan penonton sebelum kemudian menyanyikan lagulagu yang sudah sangat dikenal oleh para pecinta mereka. Hampir semua lagu yang dibawakan ikut dinyanyikan oleh satu gedung. Ya, juga untuk lagu nasional Tanah Airku… 🙂 Kadangkadang gw pikir, pasti bahagia yah kalo lagu kita dinyanyiin ribuan orang seperti itu.. 🙂 Selain itu, Mocca juga keliatan lebih lepas mainnya.
Gw puas sekali karena sesi dua seperti menjawab semua keinginan gw di awal. Dan menyadari bahwa mereka masih Mocca yang sama, seperti yang pertama kali gw tonton waktu di Manna Lounge entah tahun berapa itu, membuat gw yakin bahwa ini adalah band yang one of a kind, yang gw berharap mereka akan terus menjadi besar.
Pada penghujung konser, ketika semua penampil muncul lagi di panggung, ada rasa sedih bahwa malam itu harus berakhir dan kesadaran bahwa band kesukaan gw ini bakalan vakum sementara waktu. Sedih yang makin memuncak ketika melihat semua personilnya berpelukan satu sama lain.
Tapi seperti lagu terakhir yang dibawakannya, Life Keeps On Turning, kadang menyadari bahwa ada pertemuan, ada perpisahan, ada juga perpisahan yang mudahmudahan kelak kembali bersilang jalan. Semoga dengan kepindahan Arina, enggak berarti Mocca berhenti berkarya dan bisa terus menjalankan peran membuatkan lagulagu yang menjadi soundtrack hidup kami.. 🙂
Akhirnya, tidak ada kata lain yang lebih pantas daripada terima kasih.
Terima kasih untuk malam yang mengesankan, Mocca.. Terima kasih untuk musikmusik melayang yang senantiasa terngiangngiang… Semoga akan selalu mampu untuk menjadi lebih dari sekedar kenangan.
Tabik! 🙂
Haa… aku pun melewati masa kuliah dengan lagu2nya Mocca *Toss!* hehe..
Sayangnya diriku tak menonton last show ini huhu..
YURI
http://tigerlilysbook.blogspot.com
aaaah masih mellow kalo nginget mereka bakal vakum.. makin mello karena kemaren ga bisa ke bandung buat nonton secret show terakhir, tapi bersyukur juga sik soalnya kalo gw nonton paaaastiiii mewek di sana trus mellow berhari2 hehe..
Huaaa, kirain udah bubar untuk selama-lamanya, ternyata vakum ya. Si Arinanya emang kemana? Inget banget dulu pertama kali dengerin lagu Mocca yang Secret Admirer diradio trus langsung jatuh cinta sama lagunya! Besok-besoknya beli deh kasetnya. Didengerin trus sampe bosen. Lagu ‘Hanya Satu’ itu selalu bikin gw nangis atau pengen nangis. Gw pernah nonton mereka perform live dan langsung takjub pas dengar suara si Arina, jauh lebih bagus ya dibanding dikaset!